Choose?

Jumat, 30 Desember 2011


FARMASI SIAP DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2015


I.                   LATAR BELAKANG
Tingkat kemiskinan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan masyarakat mulai melupakan pentingnya kesehatan dalam kehidupan mereka. Masyarakat melupakan kesehatan bukanlah disebabkan oleh unsur kesengajaan, melainkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hidup secara sehat, serta ketidakmampuan dalam aspek ekonomi untuk mencapai kehidupan yang sehat. Keadaan yang sering dijumpai, masyarakat rentan terserang penyakit, mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit yang diderita. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga sikap dan perilaku masyarakat harus bersifat proaktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan peningkatan kesehatan masyarakat.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa negara yang maju adalah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah, hanya saja setelah perkembangan terjadi anggapan tersebut sedikit keliru dengan anggapan bahwa jika sumberdaya tersebut tidak dikelola maka tidak akan berguna, dengan adanya anggapan baru tersebut membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menjadi faktor penentu kemajuan sebuah negara. Maka dari itu untuk mencapai Millenium Development Goals 2015 (MDGs 2015) perlu diawali dari peningkatan kualitas SDM. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tidak akan terlepas dari faktor kesehatan individu yang bersangkutan, karena kesehatan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk mengkontribusikan segala daya dan upayanya dalam mewujudkan kesejahteraan. Pembangunan kesehatan dan kesejahteraan tidak akan terlepas dari peran strategis pendidikan sebagai investasi dalam membantu menghadapi problematika kondisi kesehatan dan kesejahteraan Indonesia yang semakin kompleks. Untuk itu, pendidikan akan sangat berperan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan kompetitif dalam membangun kesejahteraan rakyat.

Sebagai seorang farmasis, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya wadah atau tempat untuk mengaplikasikan ataupun menerapkan ilmu kefarmasian yang didapat dari proses pembelajaran. Mahasiswa farmasi harus mampu sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang diperoleh sejak dini. Mahasiswa farmasi pun juga harus peka terhadap permasalahan kefarmasian di masyarakat, maka dari itu seorang farmasis harus profesional dalam bidang kesehatan, yang pada akhirnya memiliki peran untuk tercapainya MDGs 2015.

II.                TUJUAN
Ada beberapa tujuan yang saya harapkan dalam penulisan esay ini yang membahas mengenai Mahasiswa Farmasi Indonesia Siap Mendukung Pencapaian Millennium Development Goals di Indonesia. Adapun tujuan secara umum adalah untuk menganalisis peran strategis pendidikan khususnya di bidang farmasi dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan dengan berbagai problematika dan fakta yang terjadi di Indonesia. Sedangkan tujuan secara khusus mengarah pada perluasan wawasan bagi penulis dan pembaca dalam memahami dan mengetahui peran strategis pendidikan di bidang farmasi dalam pembangunan kesehatan dan pembangunan kesejahteraan, dimana faktor-faktor tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam mensukseskan pencapaian target MDGs pada tahun 2015.
Tidak lepas juga dari 8 tujuan penting MDGs 2015 yaitu :
1.      Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2.      Mencapai pendidikan dasar universal
3.      Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4.      Menurunkan angka kematian anak
5.      Meningkatkan kesehatan ibu
6.      Memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7.      Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8.      Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan

III.              GAGASAN
Dua pilar utama seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), dan tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan), yang memprakarsai dua fungsi yaitu fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan ), dan fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan).
Kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan. Dalam kaitannya kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik) untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional).
Dalam merespon dan menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan yang ada baik nasional, regional maupun global, sebagai mahasiswa farmasi harus mampu terus mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, secara berkesinambungan, supaya pembangunan kesehatan dapat terlaksanakan sebagai salah satu wujud tujuan dari MDGs 2015. Supaya pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang bermutu serta berahlak baik. Dalam pengembangan sumber daya manusia farmasi, Departemen Kesehatan melaksanakan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dalam lingkup nasional, yang dilakukan secara terintegrasi, dan terpadu dengan rencana pengadaannya, serta pendayagunaannya yang adil dan merata. Pengembangan sumber daya manusia kesehatan khususnya tenaga farmasi juga diarahkan agar mempunyai daya saing yang kuat dalam menghadapi globalisasi yang merupakan tantangan sekaligus peluang pembangunan kesehatan. Untuk menjamin sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan distribusi obat oleh tenaga farmasi serta perbekalan kesehatan kepada tenaga farmasi, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat.
Sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah menjadi salah satu indikator perlunya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dalam menghadapi persaingan global saat ini, terbukti seorang farmasi yang memiliki potensi untuk mengolah bahan-bahan alami menjadi obat-obatan  tradisional. Kerjasama dengan perguruan tinggi farmasi di luar negeri dalam hal pertukaran pelajar, terkait dengan bidang pendidikan kesehatan, ini menjadi peluang bagi mahasiswa farmasi khususnya di Indonesia untuk menambah ilmu guna pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Adanya IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) sebagai wadah perkumpulan apoteker Indonesia yang merupakan pedoman atau acuan kerja dan pemberdayaan apoteker.
Bagaimana peran strategis pendidikan farmasi pada lembaga pendidikan tinggi dalam mentransformasikan dan merealisasikan pembangunan kesehatan? Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya kesehatan. Di jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam menghasilkan output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan pengetahuan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya  kesehatan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Untuk mereflesikan dan mengimplementasikan manajeman kesehatan yang berkualitas, saat ini telah banyak pendidikan-pendidikan tinggi baik universitas maupun institusi yang telah membuka program kesehatan seperti jurusan kedokteran, manajemen kesehatan, keperawatan, dan tidak ketinggalan farmasi pastinya. Dengan adanya program seperti ini diharapkan terlahir generasi-generasi baru yang paham dan memiliki kemampuan serta kredibiolitas dalam menguapayakan penyelenggaraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, pendidikan tinggi diantaranya universitas merupakan pendidikan tertinggi yang bertugas memberikan pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai bentuk yang bermanfaat. Dalam hal ini, bidang farmasi dalam melakukan program pengabdian masyarakat seperti pengobatan gratis dan sebagainya yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan.
Lalu bagaimana strategi pendidikan farmasi dalam mereflesikan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap tantangan kondisi kesehatan di Indonesia? Seperti yang kita ketahui bahwa telah banyak program-program atau kebijakan-kebijakan dari pemerintah dalam mengupayakan penyelenggaraan kesehatan guna menjadikan rakyat Indonesia menjadi manusia yang sehat baik jasmani maupun rohani. Kebijakan yang dibuat atau dirumuskan ditujukan supaya tenaga kesehatan khususnya seorang farmasis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
Adapun tantangan yang perlu ditanggapi oleh pemerintah, seperti tantangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, pemerintah dapat memperioritaskannya pada program-program kesehatan di pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi farmasi harus mampu menyediakan berbagai teknologi pengembangan kesehatan yang akan disalurkan pada mahasiswa-mahasiswa sehingga mereka memiliki pengetahuan yang komprehensif dalam masalah kesehatan. Selain itu, pendidikan tinggi farmasi harus dapat membangun kerjasama dengan pendidikan tinggi farmasi lainnya baik secara lokal, nasional maupun global dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi kesehatan di Indonesia. Selain itu, tuntutan jasa pelayanan farmasi yang makin bermutu serta semakin dibutuhkannya tenaga farmasi yang memadai dan professional. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sumber daya manusia merupakan unsur penting. Untuk itu, perlu dibangun tenaga farmasi yang professional. Dalam merealisasikan semua ini, penidikan tinggi farmasi tetap memiliki peran yang strategis dalam mencetak tenaga-tenaga kesehatan yang professional yang dibutuhkan bagi peningkatan kesehatan Indonesia. Selain itu, pendidikan dan pelatihan bagi para calon tenaga farmasi sangat dibutuhkan, seperti ada seminar tentang kesehatan yang mengupas tentang kondisi kesehatan Indonesia, dan sebagainya.
Bagaimana strategi pendidikan farmasi dalam menumbuhkan mentalitas kemandirian generasi penerus bangsa di lembaga formal, informal, dan nonformal?
a)      Peran Strategis Pendidikan Farmasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga Formal
Pada dasarnya peranan pendidikan farmasi dalam peningkatan kesejahteraan di lembaga formal adalah dengan menyediakan program-program sekolah yang dapat membantu meningkatkan kemandirian bagi peserta didik. Program yang dapat diterapkan di bangku kuliah, diantaranya adalah pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu alternative dalam menumbuhkan dan melatih mentalitas mahasiswa untuk hidup mandiri, karena bangsa Indonesia memiliki kelemahan dalam hal kemandirian lokal dan daya saing.
b)      Peran Strategis Pendidikan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga Informal dan Nonformal
Peran strategis dalam pendidikan informal dapat dilakukan oleh orang tua dengan membimbing anaknya untuk pintar memilih program-program yang telah disediakan oleh lembaga formal. Orang tua sebaiknya memfasilitasi anaknya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar anak tersebut mampu dan siap untuk menghadapi tantangan global di masa yang akan dating. Selain bertumpu pada pendidikan formal, orang tua juga dapat memberikan kesempatan kepada anak melalui pelatihan-pelatihan atau kursus bahkan organisasi di lembaga-lembaga nonformal dalam mengembangakan potensi tersebut.
Bagaimana pendidikan farmasi berkontribusi terhadap peningkatkan taraf hidup masyarakat dalam mewujudkan program pemerintah guna tercapainya MDGs 2015 terkait dengan permasalahan yang ada? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah mendasar yang menghambat kesejahteraan rakyat adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah ini merupakan masalah structural yang sulit untuk dipecahkan namun dapat diminimalisir. Karena disini terbukti bahwa tenaga kesehatan masih banyak dibutuhkan, begitu juga tenaga farmasi, yang tidak sedikit lulusannya langsung mendapat pekerjaan.

IV.             KESIMPULAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial  yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Fungsi pelayanan  kesehatan oleh farmasis : 
 i.    Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan).
 ii.         Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
 iii.            Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction). Berdasarkan kesimpulan yang didapat, penulis membuat rekomendasi berikut:
·         Dibutuhkannya ketersediaan tenaga kesehatan farmasi yang memadai dan profesional. Dalam hal ini Indonesia belum sepenuhnya memiliki, yang ada pun tidak merata penyebarannya dan masih terkonsentrasi di kota-kota besar.
·         Ketersediaan obat di semua instansi kesehatan yang secara umum dan baik.
Pemerintah harus mampu untuk menyediakan dan menjamin  pendidikan farmasi bagi para mahasiswa farmasi melalui perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pendidikan harus dapat diakses merata secara nasional dan menghasilkan  manusia cerdas dengan sikap terbuka terhadap perubahan, dengan kemampuan belajar yang adaptif, serta memiliki wawasan lokal, nasional dan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar