FARMASI SIAP DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2015
I.
LATAR
BELAKANG
Tingkat kemiskinan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,
menyebabkan masyarakat mulai melupakan pentingnya kesehatan dalam kehidupan
mereka. Masyarakat melupakan kesehatan bukanlah disebabkan oleh unsur
kesengajaan, melainkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hidup secara sehat, serta ketidakmampuan
dalam aspek ekonomi untuk mencapai kehidupan yang sehat. Keadaan yang sering
dijumpai, masyarakat rentan terserang
penyakit, mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit yang
diderita. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
sehingga sikap dan perilaku masyarakat harus bersifat proaktif dalam memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
peningkatan kesehatan masyarakat.
Tidak
sedikit orang beranggapan bahwa negara yang maju adalah negara yang memiliki
sumber daya yang melimpah, hanya saja setelah perkembangan terjadi anggapan
tersebut sedikit keliru dengan anggapan bahwa jika sumberdaya tersebut tidak
dikelola maka tidak akan berguna, dengan adanya anggapan baru tersebut
membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menjadi faktor penentu kemajuan
sebuah negara. Maka dari itu untuk mencapai Millenium Development Goals 2015
(MDGs 2015) perlu diawali dari peningkatan kualitas SDM. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tersebut tidak akan terlepas dari faktor kesehatan
individu yang bersangkutan, karena kesehatan merupakan modal dasar bagi
seseorang untuk mengkontribusikan segala daya dan upayanya dalam mewujudkan
kesejahteraan. Pembangunan kesehatan dan kesejahteraan tidak akan terlepas dari
peran strategis pendidikan sebagai investasi dalam membantu menghadapi
problematika kondisi kesehatan dan kesejahteraan Indonesia yang semakin
kompleks. Untuk itu, pendidikan akan sangat berperan dalam mewujudkan manusia
Indonesia yang sehat dan kompetitif dalam membangun kesejahteraan rakyat.
Sebagai seorang farmasis, kendala
yang dihadapi adalah terbatasnya wadah
atau tempat untuk mengaplikasikan
ataupun menerapkan ilmu kefarmasian yang didapat dari proses pembelajaran. Mahasiswa farmasi harus mampu sebagai
wadah untuk mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang diperoleh sejak dini. Mahasiswa farmasi pun juga harus peka
terhadap permasalahan kefarmasian di masyarakat, maka dari itu seorang farmasis
harus profesional dalam bidang kesehatan, yang pada akhirnya memiliki peran untuk
tercapainya MDGs 2015.
II.
TUJUAN
Ada beberapa tujuan yang saya
harapkan dalam penulisan esay ini yang membahas mengenai Mahasiswa
Farmasi Indonesia Siap Mendukung Pencapaian Millennium Development Goals di Indonesia. Adapun
tujuan secara umum adalah untuk menganalisis peran strategis pendidikan
khususnya di bidang farmasi dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan
dengan berbagai problematika dan fakta yang terjadi di Indonesia. Sedangkan
tujuan secara khusus mengarah pada perluasan wawasan bagi penulis dan pembaca
dalam memahami dan mengetahui peran strategis pendidikan di bidang farmasi
dalam pembangunan kesehatan dan pembangunan kesejahteraan, dimana faktor-faktor
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam mensukseskan pencapaian
target MDGs pada tahun 2015.
Tidak lepas juga dari 8 tujuan
penting MDGs 2015 yaitu :
1. Menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai
pendidikan dasar universal
3. Mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan
angka kematian anak
5. Meningkatkan
kesehatan ibu
6. Memerangi
HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7. Memastikan
kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan
Kemitraan Global untuk Pembangunan
III.
GAGASAN
Dua pilar utama seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan
yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah
dan masyarakat), dan tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga
profesional kesehatan), yang memprakarsai dua fungsi yaitu fungsi
sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan
kesehatan ), dan fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan
kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan).
Kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan
untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental,
emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial
dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang
yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan. Dalam kaitannya
kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan
sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek
strategi dan teknik) untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di
tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional
maupun internasional).
Dalam merespon dan menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan
yang ada baik nasional, regional maupun global, sebagai mahasiswa farmasi harus
mampu terus mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan, secara berkesinambungan, supaya pembangunan kesehatan dapat
terlaksanakan sebagai salah satu wujud tujuan dari MDGs 2015. Supaya
pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya
guna, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang bermutu serta berahlak
baik. Dalam pengembangan sumber daya manusia farmasi, Departemen Kesehatan
melaksanakan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dalam lingkup nasional,
yang dilakukan secara terintegrasi, dan terpadu dengan rencana pengadaannya,
serta pendayagunaannya yang adil dan merata. Pengembangan sumber daya manusia
kesehatan khususnya tenaga farmasi juga diarahkan agar mempunyai daya saing
yang kuat dalam menghadapi globalisasi yang merupakan tantangan sekaligus
peluang pembangunan kesehatan. Untuk menjamin sumber daya obat dan perbekalan
kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan distribusi obat oleh tenaga farmasi
serta perbekalan kesehatan kepada tenaga farmasi, sehingga akan tersedia obat
dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau
oleh segenap lapisan masyarakat.
Sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah menjadi salah
satu indikator perlunya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dalam
menghadapi persaingan global saat ini, terbukti seorang farmasi yang memiliki
potensi untuk mengolah bahan-bahan alami menjadi obat-obatan tradisional.
Kerjasama dengan perguruan tinggi farmasi di luar negeri dalam hal pertukaran
pelajar, terkait dengan bidang pendidikan kesehatan, ini menjadi peluang bagi
mahasiswa farmasi khususnya di Indonesia untuk menambah ilmu guna pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Adanya IAI (Ikatan Apoteker
Indonesia) sebagai wadah perkumpulan apoteker Indonesia yang merupakan pedoman
atau acuan kerja dan pemberdayaan apoteker.
Bagaimana peran strategis pendidikan farmasi pada
lembaga pendidikan tinggi dalam mentransformasikan dan merealisasikan
pembangunan kesehatan? Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin sadar akan pentingnya kesehatan. Di jenjang pendidikan tinggi, peran
pendidikan sangat sentral dalam menghasilkan output-output yang akan
berkontribusi untuk mentransformasikan pengetahuan kepada masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi kesejahteraan
bangsa Indonesia. Untuk mereflesikan dan mengimplementasikan manajeman
kesehatan yang berkualitas, saat ini telah banyak pendidikan-pendidikan tinggi
baik universitas maupun institusi yang telah membuka program kesehatan seperti
jurusan kedokteran, manajemen kesehatan, keperawatan, dan tidak ketinggalan
farmasi pastinya. Dengan adanya program seperti ini diharapkan terlahir
generasi-generasi baru yang paham dan memiliki kemampuan serta kredibiolitas
dalam menguapayakan penyelenggaraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain
itu, pendidikan tinggi diantaranya universitas merupakan pendidikan tertinggi
yang bertugas memberikan pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai bentuk
yang bermanfaat. Dalam hal ini, bidang farmasi dalam melakukan program pengabdian
masyarakat seperti pengobatan gratis dan sebagainya yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan.
Lalu bagaimana strategi pendidikan farmasi dalam
mereflesikan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap
tantangan kondisi kesehatan di Indonesia? Seperti yang kita ketahui
bahwa telah banyak program-program atau kebijakan-kebijakan dari pemerintah
dalam mengupayakan penyelenggaraan kesehatan guna menjadikan rakyat Indonesia
menjadi manusia yang sehat baik jasmani maupun rohani. Kebijakan yang dibuat
atau dirumuskan ditujukan supaya tenaga kesehatan khususnya seorang farmasis untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
Adapun tantangan yang perlu ditanggapi oleh pemerintah, seperti
tantangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,
pemerintah dapat memperioritaskannya pada program-program kesehatan di
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi farmasi harus mampu menyediakan berbagai
teknologi pengembangan kesehatan yang akan disalurkan pada mahasiswa-mahasiswa
sehingga mereka memiliki pengetahuan yang komprehensif dalam masalah kesehatan.
Selain itu, pendidikan tinggi farmasi harus dapat membangun kerjasama dengan
pendidikan tinggi farmasi lainnya baik secara lokal, nasional maupun global
dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi kesehatan di Indonesia. Selain
itu, tuntutan jasa pelayanan farmasi yang makin bermutu serta semakin dibutuhkannya
tenaga farmasi yang memadai dan professional. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, sumber daya manusia merupakan unsur penting. Untuk itu, perlu
dibangun tenaga farmasi yang professional. Dalam merealisasikan semua ini,
penidikan tinggi farmasi tetap memiliki peran yang strategis dalam mencetak
tenaga-tenaga kesehatan yang professional yang dibutuhkan bagi peningkatan
kesehatan Indonesia. Selain itu, pendidikan dan pelatihan bagi para calon
tenaga farmasi sangat dibutuhkan, seperti ada seminar tentang kesehatan yang
mengupas tentang kondisi kesehatan Indonesia, dan sebagainya.
Bagaimana
strategi pendidikan farmasi dalam menumbuhkan mentalitas kemandirian generasi
penerus bangsa di lembaga formal, informal, dan nonformal?
a)
Peran Strategis
Pendidikan Farmasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga Formal
Pada dasarnya peranan pendidikan farmasi dalam
peningkatan kesejahteraan di lembaga formal adalah dengan menyediakan
program-program sekolah yang dapat membantu meningkatkan kemandirian bagi
peserta didik. Program yang dapat diterapkan di bangku kuliah, diantaranya
adalah pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu
alternative dalam menumbuhkan dan melatih mentalitas mahasiswa untuk hidup
mandiri, karena bangsa Indonesia memiliki kelemahan dalam hal kemandirian lokal
dan daya saing.
b)
Peran Strategis
Pendidikan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga Informal dan Nonformal
Peran strategis dalam pendidikan informal dapat
dilakukan oleh orang tua dengan membimbing anaknya untuk pintar memilih
program-program yang telah disediakan oleh lembaga formal. Orang tua sebaiknya
memfasilitasi anaknya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar anak
tersebut mampu dan siap untuk menghadapi tantangan global di masa yang akan dating.
Selain bertumpu pada pendidikan formal, orang tua juga dapat memberikan
kesempatan kepada anak melalui pelatihan-pelatihan atau kursus bahkan
organisasi di lembaga-lembaga nonformal dalam mengembangakan potensi tersebut.
Bagaimana pendidikan farmasi
berkontribusi terhadap peningkatkan taraf hidup masyarakat dalam mewujudkan program
pemerintah guna tercapainya MDGs 2015 terkait dengan permasalahan yang ada? Seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah mendasar yang menghambat
kesejahteraan rakyat adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah
ini merupakan masalah structural yang sulit untuk dipecahkan namun dapat
diminimalisir. Karena disini terbukti bahwa tenaga kesehatan masih banyak
dibutuhkan, begitu juga tenaga farmasi, yang tidak sedikit lulusannya langsung
mendapat pekerjaan.
IV.
KESIMPULAN
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Fungsi
pelayanan kesehatan oleh farmasis :
i.
Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan
kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan).
ii. Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi
harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
iii.
Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan
kebutuhan institusi pelayanan kesehatan).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan
derajat masyarakat (consumer satisfaction). Berdasarkan kesimpulan yang
didapat, penulis membuat rekomendasi berikut:
·
Dibutuhkannya ketersediaan tenaga kesehatan farmasi
yang memadai dan profesional. Dalam hal ini Indonesia belum sepenuhnya
memiliki, yang ada pun tidak merata penyebarannya dan masih terkonsentrasi di
kota-kota besar.
·
Ketersediaan obat di semua instansi kesehatan yang
secara umum dan baik.
Pemerintah harus mampu untuk menyediakan dan
menjamin pendidikan farmasi bagi para mahasiswa farmasi melalui
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pendidikan harus dapat diakses merata
secara nasional dan menghasilkan manusia cerdas dengan sikap terbuka
terhadap perubahan, dengan kemampuan belajar yang adaptif, serta memiliki
wawasan lokal, nasional dan global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar